Minggu, 28 Oktober 2012

Manusia dan Kebudayaan

Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan mempunyai kaitan hubungan yang erat, setiap manusia mempunyai kebudayaan masing- masing. Sebelum membahas hubungan manusia dan kebudayaan, mari kita bahas satu – satu antara manusia dan kebudayaan.

A. Manusia

Definisi manusia dapat di lihat dari banyak sudut pandang. Dalam ilmu eksakta, manusia di pandang sebagai kumpulan dari partikel – partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang di miliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain an merupakan kumpulan dari energy(ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia(biologi). Dalam ilmu-ilmu social, manusia merupakan mahkluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan. Sering disebut homo economicus(ilmu ekonomi), manusia merupakan mahluk social yang tidak dapat berdiri sendiri(sosiologi), mahluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan(politik), mahluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus(filsafat), dan lain sebagainya.
Dari definisi-definisi diatas kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat dipandang dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan.
kita mencoba menerangkan siapa manusia dari unsure-unsur yang membangun manusia.

Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur – unsur yang membangun manusia.
  1. Manusia terdiri dari empat unsure yang saling terkait, yaitu
      a. Jasad
          Badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya, dapat di raba dan di foto, dan mempunyai ruang dan waktu.
      b. Hayat
         Mengandung unsure hidup, yang di tandai dangan gerak
      c. Ruh
         Bibingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan
      d. Nafs
          Dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri

2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsure yaitu:
    a. Id
Yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran(unconscious). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
    b. Ego
Merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari id, seringkali disebut sebgai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energy id ke dalam saluran social yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara nyata berhubungan dengan lingkungannya.
    c. Superego
Merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun, dibandingkan dangan id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek negative maupun poasitif dari standar moral tingkah laku ini di wakilkan atau di tunjukan oleh superego.

Hakekat manusia
   a. Makhluk ciptaan tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh adalah materi yang dapat di lihat, di raba, di rasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuh hancur dan lenyap.
   b. Mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mhluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada adab dan budayanya, karena manusia di lengkapi oleh penciptanya dangen akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal(ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
   c. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi factor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan sebagainya.
   d. Makhluk ciptaan tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme” memandang mansia dalam konteks kehidpuan konkrit adalah mahluk hidpu alamiah yang terikat dengan lingkungannya(ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hokum alamiah pula.

B. Pengertian kebudayaan
Apabila kita berbicara tentang kebudayaan, maka kita langsung berhadapan dengan pengertian istilahnya. Pengertian kebudayaan menyangkut bermacam-macam definisi yang telah dipikirkan oleh sarjana-sarjana bidang social budaya seluruh dunia.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melville j. herkovits dan bronislaw Malinowski mengemukakan bawa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adalanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus. Walaupun orang – orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah-olah tidak ada batasnya. Dengan demikian sukar sekali untuk mendapatkan pembatasan pengertian atau definisi yang tegas dan terinci yag mencakup segala sesuatu yang seharusnya termasuk dalam pengertian tersebut. Dalam pengertian sehari-hari istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian. Terutama seni suara dan seni tari.o
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata coere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi(pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tingggalnya, atau dapat pula di artikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya”. Budaya dapat pula di artikan sebagai himpunan pengalaman yang di pelajari,mengacu pada pola-pola perilakuyang di tularkan secara social, yang merupakan kekhususny kelompok social tertentu.
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material, seperti nilai kehidupan dan seni-seni tertentu.

Kaitan Manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah: manusia sebagai prilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya?
Dalam sosiologi manusia dan kebudyaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat di pandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu:
   1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
   2. Obyektivitas, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah deari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk prilaku manusia.
   3. Internalsisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (berger, dalam terjemahan m.sastrapratedja, 1991; hal :xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat. Oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan, analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan degan lebih cermat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar